Makalah Manusia Sebagai Mahluk Berbudaya
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas Sekolah. Selain itu, penyusunan makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai manusia sebagai makhluk
berbudaya dan beradab. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu guru yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kami dan untuk pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
1 . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 2
1.2 Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . 2
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB 2 PEMBAHASAN
. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.1 Hakekat
Manusia dan Budaya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.2 Manusia
Sebagai Pencipta dan Pengguna Kebudayaan. . . . . . . . . . . 2
2.3 Substansi
(isi) Utama Budaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.4 Manusia
Sebagai Makhluk Budaya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.5 Nilai-nilai
Kebudayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 2
2.6 Problematika
Kebudayaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB 3 PENUTUP. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
3.1 Kesimpulan
. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 2
3.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
14
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia disebut sebagai
makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia
yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya,
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakekat
manusia dan budaya?
2. Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan?
3. Adakah problematika dalam konteks hidup
manusia sebagai makhluk
berbudaya dan beradab?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
pembelajaran agar kita mampu memahami konsep-konsep dasar tentang konsep
manusia sebagai makhluk budaya, serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar
pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika budaya
yang berkembang dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Manusia
dan Budaya
Sebelum kami memaparkan hubungan antara
manusia dan budaya terlebih dahulu akan di paparkan pengertian atau defenisi
dari manusia dan budaya itu sendiri.
a. Pengertian
Manusia
Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah
manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau
realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism). Terbentuknya
pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi,
dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan
kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap
manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense
of discrimination) dan keinginan
untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi
kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Oleh karena itu lingkungan mempunyai
pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri
b. Pengertian Budaya
Kata budaya
merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang
berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa
Inggris culture. Sedangkan
dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan,
dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam
arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah
dan mengubah alam. Budaya mempunyai tiga unsur yang berada dalam diri manusia
dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan kebudayaan seutuhnya.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a. Cipta, adalah
akal pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga dengan akal pikiran tersebut
manusia dapat berkreasi menuangkan segala ide yang non kebendaan. Namun cipta
yang ada dalam diri manusia bersifat tidak universal
dalam hal karya. Artinya dalam hal keterampilan berkarya manusia tentu saja
memiliki keahlian yang berbeda-beda satu sama lain, seseorang yang terampil
mengelola kayu menjadi barang-barang meubel belum tentu terampil dalam hal olah
vocal, begitupun seorang penyanyi yang mahir melantunkan lagu-lagu belum tentu
dalam hal merancang busana dan sebagainya.
b. Rasa, adalah
tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat ataupun mendengar sesuatu satu
bentuk karya, tanggapan ini dapat berupa kepuasan, keterangan, kekaguman,
kesedihan, ketidakpuasan dan sebagainya. Selain di bekali kekuatan menciptakan
manusia juga di lengkapi dengan perasaan hingga hasil karya yang dibuatnya
dapat bernilai seni tinggi. Dengan adanya rasa yang di miliki oleh manusia maka
sudah tentu ia dapat membedakan mutu suatu karya cipta satu dengan yang lain.
c. Karsa, adalah
kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari hasrat seseorang. Seseorang
yang memiliki keterampilan luar bisa dan perasaan yang begitu peka tidak akan
berbuah apa-apa jika tidak didasari keinginan dari orang tersebut. Karsa biasa
saja berasal dari diri, tersendiri atau bahkan dari orang lain yaitu berupa
rangsangan atau pengaruh yang diterima oleh daya nalar kita.
Ketiga unsur
inilah yang mendasari manusia berbudaya, dengan adanya unsur-unsur tersebut dalam
diri manusia maka dapat di katakan bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa
memiliki kebudayaan. Antara manusia dan masyarakat serta kebudayaan ada
hubungan erat. Tanpa masyarakat, manusia dan kebudayaan tidak mungkin
berkembang layak. Tanpa manusia tidak mungkin ada kebudayaan, tanpa manusia
tidak mungkin ada masyarakat. Dalam diri manusia wujud kebudayaan ada yang
rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan. Ada yang jasmani misalnya
rumah dan pakaian. Buku adalah kebudayaan jasmani, akan tetapi isi buku adalah
kebudayaan rohani. Ilmu pengetahuan merupakan unsur kebudayaan universal yang
rohani.
Sebagai insan
yang berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga citra di muka bumi ini
bahkan budaya telah menjadikan manusia sebagai makhluk beradab sekaligus telah
mengantar manusia ke kasta tertinggi makhluk-makhluk penghuni bumi yang lain yaitu sebagai yang
paling sempurna di bandingkan dengan yang lainnya.
Akan tetapi
manusia sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti bahwa manusia dibebaskan
untuk berkarya apapun itu tanpa menilainya dari segi norma maupun hukum. Budaya
yang seperti ini adalah kebudayaan yang bersifat merusak dan sangat berbahaya
bagi keutuhan bangsa dan negara. Untuk itu diperlukan kesadaran manusia sebagai
makhluk budaya agar dalam berbudaya memang teguh norma-norma yang berlaku agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Budaya bahkan
dapat menambah rasa rasionalisme seseorang warga negara Indonesia misalnya,
memiliki kebudayaan yang amat sangat beraneka ragam bentuk dan ciri khasnya
yang tidak semua bangsa memilikinya. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan
tersendiri bangsa Indonesia yang akhirnya berimbas pada tingginya nasionalisme
para warga negara.
Berikut
pengertian budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:
a. E. B. Tylor,
budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat
b. R. Linton,
Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil
tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur pembentuknya didukung dan diterapkan
oleh anggota masyarakat lainnya.
c. Koentjaraningrat,
mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri
manusia dengan belajar.
d. Selo Soemarjan
dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat
e. Herkovitas,
kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh
manusia.
Dengan
demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik
material maupun non material. Sebagian besar ahli mengatakan kebudayaan seperti
ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu
suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan
yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
B. Manusia Sebagai
Pencipta dan Pengguna Kebudayaan
Tercipta adalah terwujudnya suatu kebudayaan
sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini.
Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan
mereka khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan yang disebutkan oleh
Supartono (dalam Rafael Raga Maran, 1999:36) sebagai daya manusia, manusia
memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi dan intuisi perasaan dan
emosi kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut,
nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan ada hubungan dialektika antara
manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu
sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena ada
manusia penciptanya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang sebagai
pendukungnya. Dialektika ini didasarkan pada pendapat Peter dan Berger yang
menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri
dari tiga tahap; tahap eksternalisasi, tahap objektivasi, dan tahap
internalisasi.
Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri
manusia secara terus menerus ke dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental.
Tahap objektivasi adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu realita
objektif, yang berada di luar diri manusia
Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas
objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh manusia kembali, jadi adanya
hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas eksternal.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi
manusia, bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya
seperti kekuatan alam maupun kekuatan lain yang tidak selalu baik. Kecuali
manusia yang memerlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun material.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya
sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut:
a. Suatu hubungan
pedoman antara manusia atau kelompoknya
b. Wadah untuk
menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-
kemampuan lain
c. Sebagai
pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d. Pembeda manusia
dengan binatang
e. Sebagai modal
dasar pembangunan
Manusia merupakan makhluk berbudaya, melalui akalnya
manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan
tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia
dan masyarakat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat
seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat
memerlukan kepuasan baik secara spritual maupun materil.
C. Substansi (isi)
Utama Budaya
Substansi (isi)
utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan
manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada
masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan,
nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
a. Sistem
Pengetahuan
Sistem
pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial, merupakan suatu akumulasi
dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
Ø Alam sekitar
Ø Alam flora di daerah tempat tinggal
Ø Alan fauna di daerah tempat tinggal
Ø Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkungannya
Ø Tubuh manusia
Ø Sifat dan tingkah laku sesama manusia
Ø Ruang dan waktu
b. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia
untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk dijadikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat menentukan
sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius
atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia.Sesuatu dikatakan
mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr.
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
- Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi
manusia.
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas
- Nilai
kerohanian, yaitu segala
sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
c. Pandangan Hidup
Pandangan hidup
adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan
dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan
hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
D. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Dari penjelasan
di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila
dibanding dengan makhluk lainnya menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Manusia dan kebudayaan merupakan salah
satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Budaya tercipta dari
kegiatan sehari hari dan kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga
dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan
arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.
Untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan,
tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai
budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber
dari sesuatu masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat
yang membentuk informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu
terkandung isyarat-isyarat budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan
juga bahwa, karena perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat
pengguna dan masyarakat asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat
diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran
manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat
memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini.
Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digaris bawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama. JJ. Hoeningman membagi
kebudayaan dalam 3 wujud :
1. Gagasan : Kebudayaan yang berbentuk kumpulan, ide,gagasan,nilai,norma,
peraturan yang sifatnya abstrak.
2. Aktivitas
(tindakan) : Wujud kebudayaan sebagai
suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat., sering disebut sebagai
system sosial, yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola
tertentu.sifatnya konkret dapat diamati.
3. Artefak (
karya) : Wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.
E. Nilai-Nilai
Kebudayaan
Nilai-nilai
budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu
masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu
kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik
tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan
tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
a. Etika
Istilah etika
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan atau
akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik .
Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia
dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur
kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur
kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur
etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah
manusia yang menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat
diciptakan, tetapi masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat
diciptakan dengan beberapa persyaratan dasar, yang membutuhkan
dukungan-dukungan, seperti dukungan politik, kebijakan, kepemimpinan dan
keberanian mengambil keputusan, serta pelaksanaan secara konsekuen. Selain itu
dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik lokal maupun nasional di mana etika
diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan adanya pihak-pihak yang memelihara
kehidupan etika. Kesadaran etis bisa tumbuh karena disertai akomodasi.
Etika
(kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis
pada makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika
ini menjadi kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi
akan menjelma menjadi rasa bahagia.(A.A Djelantik,Estetika Sebuah
Pengantar.hal-4).
Pada manusia
yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan kelompok
dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia yang sudah
memiliki peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh secara
visual dan akustik(instrumental).
Keduanya
(proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan melakukan
fungsi-fungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital ,
tetapi telah melibatkan proses-proses yang terjadi dalam budi dan
intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi pengetahuan dan kebahagiaan
jasmani dan ruhani. .(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-3).
b. Estetika
Estetika adalah
ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu mengenai
rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan
menggunakan penilaian perasaan.
Istilah
Estetika dipopulerkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1714 – 1762) melalui
beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.(Encarta
Encyclopedia 2001, 1999) Baumgarten menggunakan istilah estetika untuk
membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi. Dengan
melihat bahwa istilah estetika baru muncul pada abad 18, maka pemahaman tentang
keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.
Berbudaya,
selain didasarkan pada etika juga terkandung estetika di dalamnya. Jika etika
menyangkut analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab, estetika membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan
bagaimana seseorang bisa merasakannya .
Manfaat nilai
etika dan estetika kebudayaan bagi kehidupan masyarakat adalah menyadari bahwa
mempertahankan dan menyelamatkan kebudayaan suatu daerah atau bangsa harus
diletakkan di paling awal . Dan menjadikan nilai kebudayaan sebagai acuan untuk
menempuh kehidupan masa depan masyarakat, dengan terus melakukan
kontekstualisasi dan aktualisasi pada berbagai dinamika zaman. Masyarakat harus
bisa menyaring kebudayaan baru dengan tetap memprioritaskan kebudayaan asal
mereka jangan samapai kebudayaan kita hilang hanya dikarenakan adanya budaya
baru yang kita anggap lebih maju di banding budaya kita sendiri dan agar
menjadi masyarakat yang berbudaya.
c. Moral
Moral adalah
kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan
kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.
Sebagai bangsa
yang majemuk, Indonesia memiliki dua macam sistem budaya yang sama-sama harus
dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional dan sistem budaya
etnik lokal. Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang
berada dalam proses pembentukannya. Sistem ini berlaku secara umum untuk
seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik
lokal.
Nilai-nilai
budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif,
misalnya kepercayaan religius kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran
duniawi melalui jalan ilmiah; penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan
inovasi, efisiensi tindakan dan waktu; penghargaan terhadap sesama atas dasar
prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya; penghargaan yang tinggi
kepada kedaulatan rakyat; serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku
bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri.
Nilai-nilai
tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain dari
nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal.
Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi
pernbentukan jatidiri bangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokal itulah
yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar. Budaya etnik lokal seringkali
berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru, seperti
dalam bahasa, seni, tata masyarakat, dan teknologi, yang kemudian ditampilkan
dalam perikehidupan lintas budaya.
Kebudayaan di
Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia yang
berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang diartikan walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap
daerah memiliki adat istiadat yang berbeda – beda pula, itulah yang membedakan
aturan – aturan di tiap daerah . seperti suku asmat di papua dengan pakaian
khas bagi kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya
ada juga yang tidak memakai busana, tetapi hal itu tidak di langgar karena
sudah menjadi tradisi disana . apabila hal seperti itu ada di daerah Jakarta
sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan hukum yang berlaku .
Seperti itulah mengapa peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam .
budaya di Indonesia sangat kuat karena adanya budaya yang turun – temurun dari
nenek moyang hingga sekarang. dan masih banyak acara adat di berbagai daerah
untuk melestarikan budayanya masing – masing daerah.
Perilaku
manusia berbudaya adalah perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral,
norma-norma yang berlaku dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang
diyakini, Dan sesuai dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku,
manusia yang berbudaya tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang
menyinpang dari peraturan-peraturan baik berupa norma- norma yang ada di
masyarakat maupun hokum yang berlaku.
Oleh karena itu
sifat manusia yang berbudaya itu yang harus dimiliki setiap manusia khususnya
bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara yang besar dengan banyaknya
budaya yang dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki budaya yang tinggi yang
menjadikan manusia tersebut sebagai manusia yang berbudaya dan tentu manusia
yang berbudaya itu pasti juga manusia yang berpendidikan, akan tetapi
sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum tentu dia manusia yang
berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang pintar atau berpendidikan
yang melakukan banyak tindak kejahatan atau menyimpang contohnya seperti
korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi manusia yang berbudaya
Dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, Dan rasa tanggung jawab.
Karena itu
jadilah manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka
masyarakat akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun
dalam menjalani kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap
Dan sifat manusia yang berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia
bangsa yang besar yang memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab
dan bermartabat.
F. Problematika
Kebudayaan
Kebudayaan mengalami dinamika
seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan, dan
adanya budaya dari luar yang teradang kita langsung menerima dan menerapkan
pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke
kebudayan kita sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
1. Hambatan budaya
yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.Dalam hal ini,
kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan hidup dan
sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok
orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan
tidak mau menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru
ini lebih baik daripada pemikiran mereka. Sebagai contoh dapat kita lihat bahwa
orang jawa tidak mau meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup
sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya
yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.Hambatan budaya
yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat terjadi
antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan
pemerintah yang salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan
penduduk, karena masyarakat beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya
yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah
yang terkena bencana alam sering mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena
adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang baru hidup mereka akan lebih
sengsara dibandingkan dengan hidup mereka ditempat yang lama.
4. Masyarakat yang
terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.Masyarakat yang tinggal
di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar
cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah tertutup
untuk menerima program-program pembangunan.
5. Sikap
tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional
sedemikian rupa sehingga menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup
mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
6. Sikap etnosentrisme. Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan
budaya suku bangsa sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap
seperti ini akan memicu timbulnya pertentangan-pertentangan suku, ras, agama,
dan antar golongan. Kebudayaan yang beraneka ragam yang berkembang disuatu
wilayah seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap etnosentris yang dapat
menimbulkan perpecahan.
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka kami dapat mengambil
beberapa kesimpulan yaitu: Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai
makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia
yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu
manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan Khalifah di muka bumi dan
diberikan kemampuan. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal,
intelegensi, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan seiring
dinamika pergaulan manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan menimbulkan
berbagai problema dalam kehidupan manusia.
2. Saran
Makalah ini berisi materi dari
kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan dan sebagai acuan dalam
pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana
manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://Anandalangkai.Blogspot.com/2015/Manusia sebagai Mahluk
Berbudaya/Anandalangkai.
Comments
Post a Comment
Salam Sukses Ananda Collection
Pembaca termasuk membantu mengembangkan Blog ini Dengan cara berkomentar yang sesuai Artikel