Contoh makalah Sosiologi Pengelolaan konflik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Konflik menjadi fenomena yang paling
sering muncul karena konflik selalu menjadi
bagian hidup manusia
yang bersosial dan
berpolitik serta menjadi
pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, 2003: 294).
Konflik memiliki dampak
positif dan dampak
negatif, dampak positif dari
konflik sosial adalah
konflik tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas
berbagai kepentingan. Kebanyakan
konflik tidak berakhir dengan kemenangan disalah
satu pihak dan
kekalahan dipihak lainnya.
Konflik yang
terjadi di Indonesia,
ada juga yang dapat
diselesaikan dengan baik hingga
berdampak baik bagi kemajuan dan perubahan masyarakat, akan tetapi ada
beberapa konflik justru berdampak
negatif hingga mengakibatkan timbulnya kerusakan,
menciptakan
ketidakstabilan,
ketidakharmonisan, dan
ketidakamanan bahkan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dewasa ini konflik
seringkali terjadi di
berbagai elemen masyarakat.
Hal demikian dikarenakan
berbagai latar belakang kebudayaan dan status sosial ekonomi.
B.
MAKSUD DAN TUJUAN
Dengan tersusunnya makalah ini
penulis mempunyai tujuan bagi pembacanya yaitu:
1.
Agar mengetahui penjelasan mengenai Pengelolaan Konflik Sosial.
2.
Agar mengetahui bentuk-bentuk mengenai Pengelolaan Konflik Sosial.
3.
Agar mengetahui Situasi-situasi mengenai Pengelolaan Konflik Sosial.
4.
Agar mengetahui cara penyelesaian mengenai Pengelolaan Konflik Sosial
C. TUJUAN
D.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1.
Pengelolaan Konflik
Koflik
berasal dari kata kerja Latin, configure yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses social antara dua orang atau lebih (bsa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya.
Secara umum konflik social merupakan suatu
keadaan dimana masyarakat terjadi suatu pertikaian karena adanya persaingan
maupun perbedaan yang terjadi dalam masyarakat. Dalam sosiologi banyak para
tokoh menginterprestasikan konflik social berbeda-beda
Mengelola konflik adalah membantu orang –
orang yang sedang berkonflik untuk mengatasi emosinya sehingga mereka lebih
siap untuk menyelesaikan persoalan – persoalan di dalam konflik. Pengelolaan
konflik juga dimaksudkan untuk membantu
orang mengetahui cara – cara mengatur tingkah laku mereka yang membantu mereka
dapat menyelesaikan apa yang dianggap sebagai perbedaan – perbedaan. Pengertian
konflik menurut ahli dibagi atas 3 ;
Soerjono Soekanto : Suatu proses sosial individu atau
kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan
yang disertai dengan ancaman dan /atau kekerasan. Gillin and Gillin : konflik adalah bagian dari sebuah
proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaan-perbedaan fisik, emosi ,
kebudayaan dan perilaku. Dr. Robert Lawang : konflik merupakan
perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka
yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga menundukkan
saingannya.
Menurut
James A.F. Stoner dan Charles Wankel menjelaskan bahawa konflik dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Konflik
Intrapersonal
adalah
konflik yang terdapat dalam diri seseorang,konflik ini terjadi ketika pada suatu waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginanyang
tidak mungkin dipenuhi sekaligus.Ada
tiga macam bentuk konflik intrapersonal, yaitu :
1. Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya
orang yang dihadapkan pada pilihan yang sama sama menarik
2. Konflik
pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada ddua pilihan yang
sama menyulitkan.
3. Konflik
enghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada suatu hal yang
mempunyai nilai Fositif dan Negatif.
2. Konflik
Interpersonal
adalah
suatu pertentangan yang terjadi antara seseorang dengan orang lain karena
adanya perbedaan kepentingan atau keinginan,konflik ini biasa terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Dalam
bidang usaha, hal ini dapat terjadi ketika suatu usaha yang telah berkembang
dan melibatkan beberapa karyawan yang terlibat di dalam konflik interpersonal.
3.
Konflik
antar-individu dan kelompok.
Hal
ini berhubungan dengan cara individu menghadapi tekana-tekanan unutuk mencapai
konformitas yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh, bahawa seseorang individuv dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena
ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
1.2.
TUJUAN
PENGELOLAAN KONFLIK
Konflik
perlu dikelola karena pada kenyataanya konflik dapat menghasilkan keluaran –
keluaran yang membangun dan fositif. Bergantung pada cara orang – orang
mengendalikannya. Contohnya konflik dapat membantu memperjelas kebijakan –
kebijakan, institusi dan proses yang mengatur akses ke sumber daya. Konflik
harus dikelola karena dapat menjadi kekuatan penting bagi perubahan
sosialkarena konflik mengingatkan orang – orang akan ;
1. Keluhan
– keluhan dalam sistem sosial ekonomi dan politik yang luas
2. Hokum
– hokum atau kebijakan yang bersaing dan bertentangan yang mengatur akses
control atas sumber daya alam
3. Kelemahan
– kelemahan dari cara – cara dimana hokum – hokum atau kebijakan – kebijakan
pengelolaan sumber daya alam diimplementasikan
4. Kebutuhan
dan keinginan orang untuk menampakkan hak – hak, kepentingan dan perioritas
mereka.
1.3. TEORI-TEORI PENGELOLAAN KONFLIK
Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik, dan
sasarannya antara lain :
a.
Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan
dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
b. Teori Kebutuhan Manusia
Menganggap
bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik,
mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi
inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan
otonomi.
c. Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
d. Teori Identitas
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
e.
Teori Kesalahpahaman Antar Budaya
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara komunikasi di
antara berbagai budaya yang berbeda.
f. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan
yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
1.4. .
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
Beberapa
faktor penyebab terjadinya konflik yakni sebagai berikut :
a.
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap
manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki perasaan,
logika yang berbeda antara satu dan yang lain. Perbedaan inilah yang sering
menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani hidup sosial seorang tidak
selalu sejalan dengan orang yang lainnya. Misalnya ada acara pesta hiburan ada
yang merasa senang dengan pesta itu tetapi adapula yang terganggu dengan acara
itu karena berisik.
b.
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya,pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.
Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia memiliki
pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun latarbelakang budaya yang
berbeda. Oleh sebab itu,dalam waktu yang bersamaan,masing-masing orang atau
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama,tetapi untuk tujuan yang berbeda.
d.
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan
adalah suatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak,perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya,pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industi.Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
1.5. STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan
penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama/ tidak kerjasama dan tegas/ tidak tegas. Dengan menggunakan kedua
macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1.
Kompetisi Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah
win-lose orientation.
2.
Akomodasi Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin
yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3.
Sharing Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4.
Kolaborasi Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang
memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.
Penghindaran Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Konflik
dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan
integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol
akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidak
selalu negatif akibatnya. Berbagai konflik yang ringan dan dapat dikendalikan
(dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif bagi mereka yang terlibat
maupun bagi organisasi.
B.
SARAN
Janganlah
sering membuat masalah-masalah yang akan menimbulkan konflik. Dan jika kamu
ingin menyelesaikan sebuah konflik maka selesaikanlah dengan cara yang positif
seperti, cara kompetisi, akomodasi, sharing, kolaborasi dan penghindaran.
Karena itu semua merupakan cara selain dapat menyelesaikan konflik juga
berdampak positif bagi kita semua,
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu
Sosial Dasar Mata Kuliah Dasar Umum. Jakarta; R%ineka Cipta
Harsojo. 1999. Pengantar
Antropolgi. Cet. 8. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar
Ilmu Antropologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implemtasi Kurikulum.
Kottak, Conrad Philip. 2000. Anthropology
Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Semoga Bermamfaat
Comments
Post a Comment
Salam Sukses Ananda Collection
Pembaca termasuk membantu mengembangkan Blog ini Dengan cara berkomentar yang sesuai Artikel