Membangun Bangsa Melalui perilaku Taat
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Apakah
sebetulnya kepahlawanan itu dan bagaimana sifat orang yang dapat dinamakan
pahlawan. Kepahlawanan adalah satu perbuatan yang dilakukan seorang dalam
mengabdikan diri guna kepentingan yang lebih luas dari pada kepentingan dirinya
sendiri. Baik itu kepentingan negara, bangsa, masyarakat atau umat manusia.
Semangat pengabdian yang kuat itu biasanya timbul karena ada dorongan hati
nurani untuk membela kebenaran dan keadilan. Dalam pengabdian itu dilakukan
perbuatan yang tidak terbatas pada ruang lingkup kewajiban normal yang dihadapi
orang bersangkutan atau dalam bahasa Inggeris dikatakan bahwa kepahlawanan
adalah satu perbuatan beyond the call of duty. Dan
perbuatan yang melampaui ruang lingkup kewajiban itu disertai kesediaan
memberikan pengorbanan jiwa dan raga serta harta dan benda yang ada pada orang
itu secara ikhlas, demi kebenaran dan keadilan serta kepentingan yang lebih
luas dari pada kepentingan dirinya sendiri.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
membangun bangsa melalui perilaku taat?
2. Bagaimana
membangun bangsa melalui kompetisi dalam kebaikan?
3. Bagaimana
membangun bangsa melalui Etos Kerja?
C.
TUJUAN PENULISAN
1. Agar kita
mengetahui bagaimana membangun bangsa melalui perilaku taat
2.
Agar kita mengetahui bagaimana membangun bangsa melalui kompetisi dalam
kebaikan
3. Agar kita
mengetahui bagaimana membangun bangsa melalui Etos Kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. MEMBANGUN BANGSA MEULALUI PERILAKU TAAT
Taat memiliki arti tunduk,
tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan
yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan
atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau
yang lainnya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ
وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي
شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa/4: 59)
Perilaku mulia ketaatan yang
perlu dilestarikan adalah:
1.
Selalu menaati perintah Allah Swt. dan
rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di
waktu sempit.
2.
Merasa menyesal dan takut apabila melakukan
perilaku yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.
3.
Menaati dan menjujung tinggi aturan-aturan yang
telah disepakati, baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
4.
Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai
dengan tuntutan dan syariat agama.
5.
Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin
mengajak kepada kemaksiatan.
Peranan pemimpin sangatlah
penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai
Pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan
tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam
sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah
terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan
umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin
(selama tidak maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta
kemakmuran.
PENTINGNYA TAAT KEPADA
ATURAN DALAM ISLAM
Pengeritan
Taat.
Taat artinya tunduk, baik kepada Allah Swt., pemerintah, orang tua dan
lain-lain, tidak berlaku curang, dan setia. Pengertian aturan adalah
tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap
tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah diatur baik oleh Allah Swt.,
nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Di rumah terdapat aturan,
di sekolah terdapat aturan, di lingkungan masyarakat terdapat aturan,
di mana saja kita berada, pasti ada aturannya. Aturan dibuat dengan maksud agar
terjadi ketertiban dan ketenteraman. Mustahil aturan dibuat tanpa adanya
tujuan. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita menaati aturan yang berlaku. Taat
kepada Allah Swt. adalah hal yang paling utama, namun kita juga harus taat
kepada para pemimpin kita selama tidak bertentangan dengan aturan agama.
Aturan yang tertinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu aturan-aturan yang terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh para pemimpin (amir), baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Peranan para pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan stabil tanpa adanya pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak melakukan maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Aturan yang tertinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu aturan-aturan yang terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh para pemimpin (amir), baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga.
Peranan para pemimpin sangatlah penting. Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak akan stabil tanpa adanya pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak melakukan maksiat), akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran.
Ayat dan hadis yang berhubungan dengan ketaatan pada aturan dan pimpinan
Dalam agama Islam, banyak dalil yang menunjukkan perintah untuk mentaati
pemerintah, selain dalam hal maksiat kepada Allah. Diantaranya firman Allah
dalam Al-Quran :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisa: 59)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An-Nisa: 59)
B. MEMBANGUN BANGSA MELALUI KOMPETISI DALAM
KEBAIKAN
Allah Swt.
telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk
berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا
تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا
مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى
اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ
تَخْتَلِفُونَ
Artinya:
“Dan Kami telah
menurunkan Kitab Al-Qur’an kepadamu Muhammad dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di
antara kamu, Kami memberikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S.
Al-Maidah/5: 48)
Pada Q.S. Al-Maidah/5: 48
Allah Swt. Menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat
setiap kaum berbeda beda sesuai dengan keadaan waktu dan keadaan hidupnya.
Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam
rangka mencari rida Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Akhir ayat ini juga
mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya perbedaan manusia dalam
penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa.
Ayat ini juga mendorong
pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia, bukan malah
menjadi ajang perdebatan.
Alasan
mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan adalah:
1.
Bahwa melakukan kebaikan tidak bisa
ditunda-tunda, melaikan harus segera dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat
terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita
dapatkan.
2.
Bahwa untuk berbuat baik hendaknya
saling memotivasi dan saling tolong-menolong, di sinilah perlunya kolaborasi
atau kerja sama.
3.
Bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus
didukung dengan kesungguhan. Allah Swt. bersabda:
“...Dan
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”
Perilaku
mulia kompetisi dalam kebaikan yang perlu dilestarikan adalah:
1.
Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan
di dalam perjuangan ada kompetisi.
2.
Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi
agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal.
3.
Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan
ibadah, semata-mata mengharap rida Allah Swt.
4.
Selalu melihat sesuatu dari sisi
positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi mencari titik persamaan.
5.
Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak
tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri
kepada Allah Swt.
BERKOMPETESI DALAM KEBAIKAN MENURUT AGAMA
ISLAM
Kompetisi adalah aktivitas
manusia untuk mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok.
Individu atau sekelompok manusia memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi
tergantung dari situasi dan kondisinya. Ada kompetisi yang baik,
juga ada yang buruk, bagaimana kompetisi dalam kebaikan menurut agama
Islam ? Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi
juga berkompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang,nya
banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan syahwat
hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani. Kompetisi
usaha-pekerjaan, kompetisi harta-kekayaan, kompetisi jabatan-kedudukan dan
kompetisi lainnya, yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda, tetapi
sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu diri. Bahkan, hal yang sangat
memilukan pun tak jarang dalam kompetisi yang selalu diiringi “suudzon” buruk
sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih parah
lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut
Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi dalam kebaikan menurut ajaran
Islam ? Allah Swt. telah memberikan pengarahan dengan jelas, bahkan penekanan
kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana
firman-Nya dalam Al-Qur'an yang artinya :
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
C.
MEMBANGUN BANGSA MELALUI PERILAKU ETOS KERJA
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah
pandangan hidup yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah
semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu
kelompok.
Etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sesuatu yang diyakini,
cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Sedangkan Etos
Kerja Muslim dapat didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini
seorang muslim bahwa bekerja tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga
sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang
luhur.
Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara
mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
performance).
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang
melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk
memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu
manifestasi dari amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada
prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan
sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera
kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya,
menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian
sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia,
sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya
sebagai hamba Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia
yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri
untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu
melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya
sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang
muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak
memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya
merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang
memiliki etos kerja adalah
mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang
merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu
harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu :
dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku
berharap), dan dimensisyariat (aku berbuat).
Perilaku mulia dalam etos kerja yang perlu dilestarikan adalah:
1. Meyakini bahwa dengan
kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (“man jada wa
jada” – Siapa yang giat, pasti dapat)
2. Melakukan sesuatu
dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai
dari sekarang.”
3. Pentang menyerah
dalam melakukan suatu pekerjaan.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ
وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu,
begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada
Allah yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitahukan-Nya
kepada kamu apa yang telah kemu kerjakan.”
(Q.S. At-Taubah/9 : 105)
Pada Q.S. At-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan
kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah
Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh
manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya
masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya
itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah
mereka lakukan selama hidup di dunia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas penyusun mengambil kesimpulan bahwa dalam tujuan
untuk membangun bangsa haruslah didasari sikap atau perilaku yang taat, bisa
beerkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja
1. Pentingnya menaati pemimpin agar roda
pemerintahan berjalan dengan baik, makin baik kepemimpinan, makin baik pula
rakyatnya.
2. Kandungan Q.S. an-Nisā/4: 59 adalah
perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi
perselisihan, diperintahkan untuk kembali kepada al-Qur’ān dan hadis.
3. Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi
dan berkolaborasi agar dapat meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik.
4. Kandungan Q.S. al-Māidah/5: 48 adalah
bahwa Allah Swt. Memerintahkan kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam
kebaikan.
5. Barangsiapa yang giat pasti dapat.
Untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan kerja keras.
B. SARAN
Kandungan Q.S. An-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt.,
rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi perselisihan, diperintahkan untuk kembali
kepada Al-Qur’an dan hadis.
Kandungan Q.S. Al-Maidah/5: 48 adalah bahwa Allah Swt. memrintahkan
kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
terimaksih sangat membantu
ReplyDelete