MAKALAH Agama Hormat dan Patuh Kepada Orang Tua
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia
yang paling berjasa terhadap seseorang adalah kedua orang tua. Melalui keduanya
Allah mentakdirkan keberadaannya. Ibunya yang telah mengandungnya selama
sembilan bulan dengan penuh susah payah. Ibunya yang telah menyusuinya selama
masa yang telah dikehendaki oleh Allah. Ibunya yang mengasuhnya, merawatnya dan
menyayanginya semasa kecilnya. Demikian juga ayahnya yang membanting tulang
untuk memenuhi segenap kebutuhannya, dan mendidiknya hingga dewasa. Ayahnya
yang melindunginya dari berbagai marabahaya.
Guru
merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid atau dengan kata lain guru
merupakan orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid
diluar bimbingan orang tua dirumah, sehingga akhlakul karimah terhadap guru
perlu di terapkan sebagaimana akhlak kita terhadap kedua orang tua.
B. RUMUSAN MASALAH
A. hormat
dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
B. pentingnya
hormat dan patuh kepada orangtua dan guru
C. contoh
perilaku hormat kepada orangtua dan guru
D. dalil
tentang hormat dan patuh kepada orangtua dan guru
E. kisah
teladan tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
F. Hikmah
tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
C.
TUJUAN PENULIS
A. Untuk memahami definisi dari hormat dan patuh
kepada kedua orangtua
B. Untuk
mengetahui betapa pentingnya hormat dan patuh kepada orangtua dan guru
C. Untuk
mengetahui contoh perilaku hormat kepada orangtua dan guru
D. Untuk
mengetahui dalil tentang hormat kepada orangtua dan gurumu
E. Untuk
mengetahui kisah teladan tentang hormat kepada orangtua dan guru
F. Untuk
mengetahui hikmah dari kisah teladan kepada kedua orangtua dan guru
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HORMAT DAN PATUH
Orang
tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara
membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu
bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap
patuh kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian mengenai
hormat dan patuh.
Hormat
berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru
sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat
ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak
kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh
yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat
Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang artinya :
“Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling”.
B.
Pentingnya Hormat dan Patuh kepada Orang
Tua
Pentingnya
hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam
Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap
mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk
beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun,
al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua
orang tuanya.
Muslim
yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu
maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk
berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua
adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua.
Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah
Al-Isra' yang artinya:
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
“Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
Seorang
anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan
dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua.
Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh
Allah Swt.
Apalagi
seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu,
mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu
kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah
terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang
tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam
hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR.
Bukhari)
Banyak
dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada bermacam rutinitas orang tua, terutamanya
Ibu kita yang sebenarnya cukup melelahkan, namun atas dasar tanggung jawab
sebagai orang tua, tidak menjadikan mereka berkeluh kesah terhadap
perkara-perkara rutinitas dalam keseharian itu. Maka wajib bagi kita selaku
anak untuk membantu meringankan beban orang tua tersebut, seperti halnya
membantu menyapu halaman, mengepel lantai, mencuci piring, membersihkan rumah
dan pekerjaan-pekerjaan lainnnya. Meskipun mungkin kita tidak setiap saat
membantu mereka dalam meringankan pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi niscaya
hal itu akan membuat orang tua kita merasa bahagia.
Kita
selayaknya berlaku lemah lembut dalam bertutur kata saat berbicara dengan orang
tua kita, jagalah setiap tutur kata kita, jauhilah ucapan-ucapan bernada
tinggi, apalagi dengan kata-kata kasar. Kepada pimpinan saja kita bisa berusaha
santun (meskipun kadangkala hanya basa-basi), seharusnya kita juga dapat
bertutur lemah lembut terhadap orang tua kita. Kadangkala kita melihat seorang
anak yang berkata kepada orang tuanya dengan cara berteriak-teriak, hal
tersebut dapat melukai perasaan orang tuanya, dan laknat Allah Swt. akan
mendekatinya.
Jika
orang tua memerintahkan suatu hal yang dapat kita jalankan, maka janganlah
menolak atau menunda-nunda jika memang kita tidak memiliki halangan dalam
perkara tersebut. Orang tua telah memelihara dan melayani kita sejak kita
lahir, sejak masih bayi hingga dewasa dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Sangat tidak pantas ketika tiba saatnya orang tua kita minta tolong kepada kita
untuk melakukan suatu perkara yang sanggup kita kerjakan, namun kita masih
mencari-cari alasan untuk mengelak dari perintah tersebut.
Kaitan
dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali,
bahwa berbakti kepada kedua orang tua
(birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi,
birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang
setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat
baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai
hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu
saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah
tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita
berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
Kita
telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah
yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain
seperti berikut.
Berbakti
kepada kedua orang tua merupakan amalan yang paling utama.
Apabila
kedua orang tua kita ridha atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
Berbakti
kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
Berbakti
kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
Berbakti
kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
C. CONTOH
PERILAKU HORMAT DAN PATUH
Perilaku
hormat dan patuh kepada orang lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim.
Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa
saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat dan patuh kepada orang tua, guru
dan anggota keluarga.
v Hormat dan patuh kepada orang tua.
Kita
hendaknya patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak untuk
maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat maksiat
atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam keadaan
apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
a. Senantiasa berbuat baik dan bersikap hormat baik dalam
tingkah laku maupun tutur kata terhadap kedua orang tua
b. Mengikuti keinginan dan saran orang tua
selama keinginan dan saran-saran itu tidak melanggar ajaran agama
c. Membantu kedua orang tua sesuai
kemampuan
d. Mendoakan orang tua semoga diberi umur
panjang oleh Allah SWT
e. Menjaga dan merawat orang tua ketika
orang tua sakit
f. Setelah orang tua meninggal dunia, kita
menghormati orang tua dengan mendoakannya
g. Hormat dan patuh kepada guru
v Guru merupakan pengganti orang tua.
Guru
juga berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan
ilmu kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku
hormat dan patuh kepada orang tua:
a. Memuliakan dan tidak menghina kepada
guru
b. Mendatangi tempat belajar dengan ikhlas
dan penuh semangat
c. Memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan pelajaran
d. Bertanya kepada guru apabila ada sesuatu
yang belum dimengerti dengan sikap sopan
e. Menggunakan cara bahasa yang baik pada
saat berbicara dengan guru
f. Berpakaian rapi dan sopan ketika belajar
v Hormat dan patuh kepada anggota keluarga
a. Menghormati dan menghargai nasihat
keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau berbuat musyrik
b. Senantiasa berbuat baik dan bersikap
hormat terhadap anggota keluarga.
c. Mendoakan anggota keluarga semoga diberi
kesehatan oleh Allah swt
d. Membantu anggota keluarga yang kesulitan.
e. Memohonkan ampun kepada Allah swt atas
kesalahan anggota keluarga
f. Menghormati hak dan kewajiban anggota
keluarga yang lain.
Pentingnya
hormat dan patuh kepada orang tua, termasuk guru sangatlah ditekankan dalam
Islam. Banyak sekali ayat di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap
mukmin harus berbuat baik dan menghormati orang tua. Selain menyeru untuk
beribadah kepada Allah Swt. semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun,
al-Qur’an juga menegaskan kepada umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua
orang tuanya.
Muslim
yang baik tentu memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua, baik ibu
maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai anak untuk
berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat dan berbakti kepada kedua orang tua
adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua.
Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah
Al-Isra':
Artinya:
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah,
“Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17: 23-24)
عَنْ اَ بْنِ عُمَرَ رَ ضِيَ ا للهُ عَنْهُمَا اَ
نَّ ا لنَّبِيَّ صَلَى ا للهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اِ نَّ اَ بَرَّ ا لْبِرَّ
اَ نْ يَصِلَ ا لرَّ جُلُ وُ دَّ اَبِيْهِ
Artinya
:
Bahwa
rasulullah bersabda: sesungguhnya
kebaikan yang paling utama adalah seseorang memelihara hubungan baik dengan
orang tuanya. (HR Muslim)
Seorang
anak selayaknya meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan
dan kegiatannya, hal itu karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua.
Anak yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh
Allah Swt.
Apalagi
seorang anak akan melakukan atau menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu,
mencari pekerjaan, dan lain lain, yang paling penting adalah meminta restu
kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak
pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR.
Baihaqi)
Dalam
hadis lain : “Aku bertanya kepada Nabi saw., “Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku
berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR.
Bukhari)
Kaitan
dengan pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali,
bahwa berbakti kepada kedua orang tua
(birrul walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi,
birrul walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang
setara jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat
baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai
hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu
saja, kewajiban kita untuk berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah
tanpa alasan. Penjelasan di atas merupakan alasan betapa pentingnya kita
berbakti kepada kedua orang tua dan guru.
Dahulu
dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet (
anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,
“Ya Allah saya titipkan lembu ini
kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
Kemudian orang tersebut meninggal,
sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam hutan tanpa penggembala, bahkan bila
melihat orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.
Singkat
cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada
ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga untuk sembahyang
2. Sepertiga untuk tidur
3. Sepertiga untuk menjaga
ibunya
Dan
apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa
kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:
1. Sepertiga untuk sedekah
2. Sepertiga untuk makan
3. Sepertiga untuk ibunya
Pada
suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang
dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah
pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya
kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan
emas, terutama jika terkena oleh sinar matahari”
Kemudian
pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan
ibunya ia berdo’ a,
“Aku
panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub.
Segeralah datang kemari.”
Maka
larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu
untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,
“Wahai
pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk memudahkanmu”
Jawab
pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku memegang
lehermu dan menuntunmu pulang”
Lembu
itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat
mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada
bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu
karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”
Setelah
sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian
erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat
berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu
lebih baik kamu jual saja lembu ini”
Ia
kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”
“Tiga
dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah
denganku”
Pada
masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu
kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk
menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang
menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya
kepadanya,
“Dengan
harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga
dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana
jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpa memberitahu ibumu?”
Jawab
pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku
tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian
ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata,
“Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”
Maka
kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi
manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar,
dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab
Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat
tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka
kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya
berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu.
Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh
dijual atau tidak?’”
Kemudian
ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang
diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata,
“Pulanglah Anda dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini
sebab Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka
jangan dijual kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”
Maka
ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah
kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang
memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu.
Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan
lembu tersebut.
Ini
sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda
itu terhadap ibunya.
Kisah
Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan,
Imam Syafi’i yang sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka
dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan
tetapi Imam Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan
heran melihat perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru,
sampai engkau memeluknya erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan
menjijikkan?”
Imam
Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang
perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil.
Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia
akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari
masyarakat biasa.
Kita
telah membahas arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah
yang bisa diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain
seperti berikut.
1. Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan amalan yang paling utama.
2. Apabila kedua orang tua kita ridha
atas apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti kepada orang tua dapat
menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu dengan cara bertawasul
dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti kepada kedua kedua orang tua akan
diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti kepada kedua orang tua dapat
memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
Jangan Lupa Share dan Komentarnya ....!
Comments
Post a Comment
Salam Sukses Ananda Collection
Pembaca termasuk membantu mengembangkan Blog ini Dengan cara berkomentar yang sesuai Artikel