Makalah SEJARAH MEGHALITIKUM
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Megalitik berasal dari kata
mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu. Zaman Megalitikum biasa
disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat
membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan
ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini
manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam
tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang,
Salah satu peninggalan benda
pada masa megalitikum ialah di wilayah jawa tengah yang tepatnya adalah di
daerah purbalingga, dimana purbalingga adalah adalah suatu kabupaten di jawa
tengah, terletak kira-kira 100 km di sebelah barat kota yogyakarta. Daerah ini
ternyata mempunyai potensi yang besar dalam bidang kepurbakalaan, terbukti
banyaknya peninggalan prasejarah.
Sehingga kabupaten purbalingga
adalah salah satu kabupaten yang memiliki benda peninggalan pada masa
megalitikum yang tidak sedikit dan sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
tentang prasejarah. Dengan mengacu pada uraian diatas kelompok kami membuat
judul makalah “Fungsi benda peninggalan megalitik di purbalingga’’
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tradisi megalithikum yang ada
di Indonesia?
2. Apa
saja benda-benda megalitikum yang ada di purbalingga ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Tradisi Megalithikum Di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui benda-benda peninggalan
megalitik di purbalingga.
3. Untuk mengetahui apa fungsi dari benda
peninggalan megalitik di purbalingga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tradisi megalithikum yang ada di Indonesia
Bangunan-bangunan
megalithikum itu tersebar luas didaerah asia tenggara. disini tradisi yang berhubungan
dengan pendirian bangunan megakithikum ini sekarang sebagian sudah musnah dan
ada yang masih berlangsung. (Poesponogoro.`1992:205)
Menurut peneliti
arkeologi terbukti bahwa pengertian
kebudayaan megalitik tidak hanya dihubungkan dengan penggunaan batu besar,
tetapi penggunaan batu kecil pun bahkan kayu dianggap peninggalan megalitik
apabila fungsinya berkaitan dengan pemujaan arwah luhur dan upacara kesuburan.
Pada zaman Megalithikum
(Zaman Batu Besar ) di Indonesia, manusia purba telah mengenal suatu
kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau luar biasa diluar kekuatan manusia.
Mereka percaya terhadap hal-hal yang menakutkan atau serba hebat. Selain itu
mereka menyembah nenek moyangnya. Kadang kala kalau melihat pohon besar, tinggi
dan rimbun, manusia merasa ngeri. Manusia purba ini kemudian berkesimpulan
bahwa kengerian itu disebabkan pohon itu ada mahluk halus yang menghuninya.
Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang menakutkan.
Kekuatan alam yang
besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus dianggap menakutkan dan
mengerikan sehingga mereka memujannya. Selain memuja benda-benda dan binatang
yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga menyembah arwah
leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang mereka tinggal di tempat
tertentu atau berada di ketinggian misalnya di atas puncak bukit atau puncak
pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh nenek moyang inilah didirikan
bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang utuh, keudian
diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan atau inspirasi. Bangunan
megalitik hampir semuanya berukuran besar
B. Penggolongan Zaman Megalithikum
Zaman megalithikum dibagi menjadi dua
gelombang yaitu :
Dalam garis besarnya
dapat dikenal 2 kelompok seperti megalitik tua antara 2500 SM sampai 1500 SM
dan megaltik muda dari milenium pertama Sebelum masehi (dikutip dari
pusponegoro dan Notosusanto, 1993:206) lihat dibuku Sejarah kebudayaan
indonesia, editor : Budiharto dkk. 2009. Rajawali Pres.
Baik teori-teori yang
terdahulu maupun yang diajukan kemudian oleh Von Heine Geldren telah diterima
oleh sebagian besar para ahli. Pada pembedahan antara megalithikum tua dan
megalithikum muda, Von Heine Geldren memasukkan megalithikum tua kedalam
Neolithikum. Tradisi ini didukung oleh para pemakai bahasa Austronesia yang
menghasilkan alat-alat beliung persegi dan mulai pula membuat benda atau
bangunan yang disusun dari batu besar,seperti dolmen,undak batu,limas (piramid)
berundak dan pelinggis. Penelitian lebih lanjut yang bertolak dari gagasan
kosmo-magis mengungkapkan unsure-unsur yang lebih asli lagi seperti antara lain
tembok batu dan jalan batu.
Sementara Pengaruh
terhadap perkembangan masyarakat di Indonesia Pada Zaman megalithikum sangatlah
besar Konsepsi pemujaan nenek moyang melahirkan tata cara yang menjaga tingkah
laku masyarakat di dunia fana supaya sesuai dengan tuntutan hidup di dunia
akhirat disamping menambah kesejahteraan di dunia fana. Pada masa ini organisasi
masyarakat sudah teratur. Pengetahuan tentang teknologi yang berguna dan
nilai-nilai hidup terus berkembang,antara lain cara-cara pembiakan
ternak,pemilihan benih-benih tanaman dan penemuan alat-alat baru yang lebih
cocok untuk keperluan sehari-hari makin bertambah. Sikap hidup selalu berkisar
pada persoalan-persoalan manusia, bumi, hewan dan tabu. Perkampungan merupakan
pusat kehidupan setelah pola hidup mengembara di tinggalkan sama sekali.
Sementara itu Pendirian
candi-candi di Indonesia merupakan refleksi kelanjutan tradisi megalithikum
ini. Tentang gejala-gejala ini Von Heine Geldren telah memberikan pandangannya.
Sebelum itu tak seorang pun mengemukakan pengertian-pengertian yang di
tunjukkan pada tradisi megalithikum, selain dari yang berkisar dari corak dan
sifat yang “oud-anheemschoer-indonesisch,ataupun “prehindoeistisch”Hal ini
menjelaskan kepada kita bahwa tradisi megalithikum ikut menentukan
bentuk-susunan percandian di Indonesia. Tradisi megalithikum telah secara
formal mencampurkan diri dalam seni bangunan maupun seni pahat Jawa-Hindu dan
bahwa penggunaan bangunan berundak yang di hubungkan dengan pemujaan merupakan
campuran pandangan masyarakat Indonesia asli dengan siwaisme (Poesponogoro dan
Notosusanto.1992:206-211)
Terdapat Pula Menhir
menhir sebagai lambang dari jasa-jasanya kemudian menjadi lambang dari dirinya.
Kenangan dan penghargaan terhadap jasa-jasanya tadi beralih menjadi pemujaan
terhadap dirinya, yang tetap masih dianggap sebagai pelindung masyarakat.
Dengan upacar-upacara tertentu, rohnya dianggap turun kedalam menhir untuk
langsung berhubungan dengan para pemujannya Kalau untuk rohnya di dirikan
sebuah menhir, maka untuk raganya disediakan berbagai kuburan: keranda, kubur
batu, pandhusa atau lainnya dan kecuali jasa yang di bawa ke akhirat, maka
dalam kuburannya itu disertakan kepada mayatnya bermacam-macam benda, alat-alat
dan perhiasan, sebagai bekal .Selain itu Roh itu tempatnya jauh disana,
biasanya digambarkan di atas dunia ini, juga diatas gunung.
Guna menunjukkan letak
yang ada di atas itu, tidak jarang sebuah menhir didirikan diatas sebuah
bangunan berundak-undak, yang melambangkan tingkatan-tingkatan yang harus
dilalui guna mencapai tempat yang tertinggi. Banyak pula kalanya bahwa menhir
itu sudah tidak dinyatakan lagi, dan bahwa sebagai lambang dari alam pikiran
yang demikian itu cukuplah didirikan punden berundak-undak saja, sedangkan
sering pula terjadi bahwa roh nenek moyang itu dinyatakan dalam patung-patung.
.(Soekmono.1973:76-78)
C. Benda-Benda Megalitikum yang ada di
Purbalingga
*
punden Berundak
Tinggalan bangunan
berundak di temukan sejumlah 6 buah, yaitu situs batur, gampingan, Karanganyar,
Kauman, Tegalsari, dan sura. Bangunan berundak
pada situs – situs tersebut memiliki cirri yang hamper sama yaitu
berundak gasal, berdenah persegi, berpagar dan berpintu serta memiliki objek
utama di undakan teratas. Orientasinya menuju kearah utara ( situs Bature
kauman ) dan sisanya ke arah barat atau puncak gunung slamet.
*
Menhir
Menhir ialah sebuah
batu tegak yang sudah atau belum dikerjakan dan diletakkan dengan sengaja
disuatu tempat untuk memperingati orang yang telah mati.Temuan menhir pada
situs – situs megalitik di Purbalingga sejumlah 71 Orang, yang terbesar adalah
14 situs. Berdasarkan konteks temuan, menhir tersebut di kelompokan menjadi 3,
yaitu menhir yang berada di situs penguburan sejumlah 53 buah, di situs
pemujaan 13 buah, di pemukiman penduduk 5 buah. Menhir di situs penguburan
ditemukan berjajar dengan posisi utara – selatan dan berfungsi sebagai nisan
kubur. Di situs pemujaan berada di konteks dengan punden berundak, lumping
batu, batu altar, dan batu dakon. Sedangkan di pemukiman penduduk tidak
memiliki konteks dengan bangunan megalitik lainnya.
*
Lumpang Batu
Di purbalingga di temukan 3 buah lumpang batu
yaitu di ditus batu putih, Gempingan, dan karang anyar. Ketiga lokasi tersebut
merupakan lahan pertanian dan berdekatan dengan air. Lumpang batu merupakan
benda yang dianggap sacral
*
Phallus
adalah benda
peninggalan megalitik yang terbuat dari batu berbentuk lonjong dimana pada
salah satu ujungnya dipahatkan bentuk alat kelamin laki – laki, menurut
kepercayaan masyarakat megalitik, organ tubuh manusia dianggap memiliki kekuatan gaib dan alat kelamin
merupakan objek yang paling kuat mengandung kekuatan gaib tersebut.
*
Kubur Batu
Situs kubur yang di
temukan di purbalingga sebanyak 7 buah.
Batas kubur dilakukan dengan menutup permukaan tanah dengan batas susunan batu.
Tanda kubur berupa dua buah menhir yang ditanam dengan orientasi arah utara –
selatan
Dalam budaya megalitik
di Indonesia di kenal berbagai system penguburan, antara lain dengan
menggunakan wadah kubur dan tanpa wadah kubur. System penguburan yang digunakan
oleh masyarakat megalitik di Purbalingga
adalah penguburan tanpa wadah dengan tanda kubur berupa menhir.
*
Batu Dakon
Batu dakon di wilayah
Purbalingga di temukan sebanyak 2 buah, yaitu situs kaum dan situs kualitas.
Sampai saat ini dakon tersebut masih di keramatkan dengan pemberian sensasi.
Bahkan di situs kauman, dakon merupakan objek pemujaan utama pada undakan
teratas. Penempatan ini menandakan kesakralan
*
Dolmen
Dolmen adalah
peninggalan megalitik yang bentuknya menyerupai meja batu yang terdiri dari
bongkahan batu yang di tompangi empat buah batu yang salah satu ujungnya
ditanam di bawah tanah. Di Purbalingga hanya di temukan satu buah.
D. Fungsi dari Benda-Benda Peninggalan pada
masa Megalitikum di Purbalingga
Ø
Punden Berundak
Fungsi dari bangunan
ini adalah sebagai pemujaan roh nenek moyang.
Ø
Menhir
Berdasarkan konteks
temuan maka dapat disimpulkan bahwa fungsi menhir di Purbalingga adalah sebagai
tanda kubur dan media pemujaan. Dalam pengertian umum biasanya menhir dianggap
berfungsi untuk menghormati seorang tokoh baik yang masih hidup maupun yang
sudah meninggal
Ø
Lumpang batu
Lumpang batu pada umumnya merupakan
komponen penting dalam masyarakat agraris, yaitu berfungsi praktis sebagai alat
atau wadah menumbuk padi atau biji –
bijian. Dalam konteks megalitik di Purbalingga benda ini berubah menjadi benda
sacral, yaitu sebagai sarana upacara pemujaan. Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa lumping batu berfungsi sebagai symbol dari suatu pengharapan
akan kesuburan bagi hasil pertanian.
Ø
Phallus
Fungsi phallus
dikaitkan dengan fungsi alat reproduksi
manusia yaitu sebagai sarana upacara kesuburan.
Ø
Kubur batu
Sebagai wadah kubur.
Ø Batu dakon
Kesakralan dan penempatannya yang
berada di dekat air merupakan indicator bahwa benda ini berfungsi sebagai
sarana pemujaan terhadap air pada upacara kesuburan.
Ø
Dolmen
Fungsi dolmen berkait
dengan upacara pemujaan sebagai tempat meletakan sesaji.
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kabupaten Purbalingga, adalah
sebuah kabupaten di provinsi jawa tengah Indonesia. kabupaten ini terletak
kira-kira 100 km dari yogyakarta. Kabupaten Purbalingga merupakan kabupaten
kecil akan tetapi terdapat banyak Peninggalan Megalitikum nya.
Masyarakat berbudaya megalitikum
yang pernah hidup didaerah purbalingga merupakan masyarakat yang besar. Mereka
mendiami wilayah yang cukup besar. Mereka mendiami wilayah yang cukup luas
dengan hidup secara berkelompok atau
memusat di suatu tempat atau
menyebar didaerah-daerah sampai dilokasi yang cukup terpencil dan jauh dari
pusat pemukiman.
Sementara itu untuk Benda-benda
Peninggalan Masa prasejarah Zaman Megalitikum di Purbalingga terdapat : Batu
Tegak (Menhir), Dolem, Batu Dakon, Meja Batu, Lumpang Batu, Arca Batu, Batu
Lonjong.
dapat disimpulkan bahwa Benda
peninggalan prasejarah dan kegunaanya pada masa mehgalitikum di purbalingga
sangat beraneka ragam. Keseluruhan benda tersebut mempunyai fungsi yang idak
jauh berbeda antara satu dengan yang lain yaitu untuk media penghormatan dan
pemujaan bagi arwah atau roh leluhur (Nenek Moyang)
B. saran
Demi kesempurnaan
makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, agar
makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk kalangan umum. Kami sebagai
penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Atas kritik , saran, dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih..
Comments
Post a Comment
Salam Sukses Ananda Collection
Pembaca termasuk membantu mengembangkan Blog ini Dengan cara berkomentar yang sesuai Artikel