TEORI Penyebab Pencemaran
Teori Penyebab Pencemaran
Sebelum ditemukan bahwa merkuri merupakan penyebab dari penyakit
minamata, banyak teori yang muncul dari berbagai peneliti mengenai penyebab
dari penyakit minamata ini. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
·
Teori Mangan
September 1956, beredar sebuah isu di Minamata bahwa kemungkinan
mangan merupakan penyebab utamanya. Sumber dari berita ini adalah Kelompok
Peneliti Kumamoto. Mangan wajar dicurigai sebagai substansi penyebab, karena
kelainan pada sistem ekstrapiramidal ditetapkan sebagai salah satu gejala
klinis yang khas, ditambah lagi bila ada alterasi pada gangguan basalis. Mangan
juga merupakan suatu kemungkinan yang logis karena kandungannya ditemukan pada
air laut, air limbah, ikan, kerang, dan juga dalam organ-organ dalam penderita
dalam jumlah besar. Secara resmi, mangan diumumkan sebagai penyebab yang
dicurigai pada tanggal 4 November 1956, pada konferensi pertama yang diadakan
Kelompok Peneliti Penyakit Minamata untuk melaporkan temuan mereka.
·
Teori
Thallium
Pada Mei 1958, diperkenalkan sebuah teori baru, yang mengajukan
thallium sebagai penyebab. Hal ini terjadi karena thallium ditemukan dalam
jumlah besar (300 ppm) pada limbah dan pembuangan pabrik di Teluk Minamata.
Thallium yang secara eksperimental sangat beracun, ditemukan terkandung dalam
debu yang dihasilkan oleh Cottreli precipitator yang digunakan dalam
produksi asam sulfur di pabrik.Namun setelah diadakan penelitian lebih lanjut
ternyata gejala penyakit akibat thallium, cukup berbeda dengan penyakit Minamata.
Sehingga teori thallium tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
·
Teori
Selenium
Bulan April 1957, teori selenium sebagai penyebab utama
diperkenalkan oleh Profesor Kitamura, mengingat sejumlah besar selenium
ditemukan pada cairan limbah yang dibuang oleh pabrik di teluk minamata. Secara
klinis, gangguan penglihatan dan ginjal akibat keracunan selenium terlihat
lebih signifikan jika dibandingkan dengan penyakit Minamata. Namun, pada
keracunan selenium, lesi pada sel korteks otak jarang ditemukan dan perwujudan
klinisnya terbatas pada bergugurannya rambut dan memberatnya gejala-gejala
umum. Dengan demikian, teori selenium akhirnya ditolak. Kecurigaan Pada
Merkuri
Douglas McAlpine, seorang neurolog asal Inggris, mengunjungi
Minamata selama dua hari pada tanggal 13 dan 14Maret 1958. Saat itu, ia sedang
melakukan penelitian tentang sklerosis multipel pada departemen neuropsikiatri
di Universitas Kumamoto. Di Minamata, ia memeriksa 15 orang penderita penyakit
Minamata dan memberikan pendapat yang sangat bernilai. Menurutnya,
gejala-gejala seperti penyempitan rentangan pandang, penurunan fungsi
pendengaran dan ataksia sangat mirip dengan gejala-gejala akibat keracunan
merkuri di Inggris yang dilaporkan oleh Hunter dan Russel. McAlpine melaporkan
hasil temuannya dalm jurnal Lancet pada bulan September 1958. Ini
pertama kalinya merkuri organik dicurigai sebagai substansi penyebab penyakit
Minamata. Anjuran McAlpine ini sangat penting artinya. Namun, sebelum ia dapat
melaporkan hasil temuannya pada sebuah konfrensi Komunitas Neurolog Jepang,
niatnya dihentikan oleh beberapa orang profesor dengan dalih bahwa semakin
banyak teori akan semakin membingungkan.
Tahun 1959 merupakan tahun yang penting, baik bagi para penderita
penyakit Minamata maupun terhadap riwayat penelitian dari penyakit tersebut.
Merkuri, yang telah dicurigai sebagai penyebab sejak sekitar September 1958,
mengundang lebih banyak perhatian lagi. Tanggal 19 Februari 1959, Tim Survei
Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan
mengumumkan pentingnya penelitian terhadap distribusi merkuri pada Teluk
Minamata.
Tim ini dibentuk pada Januari 1959 sebagai tim penelitian di bawah
Kementerian Kesehatan Masyarakat, semua anggotanya berasal dari Kelompok
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kumamoto. Sebagai hasil survey
tersebut, terungkap sebuah fakta yang mengejutkan. Disebutkan, kadar merkuri
yang sangat tinggi dideteksi pada tubuh ikan, kerang-kerangan, dan lumpur dari
Teluk Minamata yang dikumpulkan pada saat terjadinya penjangkitan Penyakit
Minamata. Secara geografi, merkuri ditemukan dalam konsentrasi tertingginya di
sekitar mulut kanal pembuangan pabrik Chisso dan kadarnya menurun pada jarak
yang jarak semakin jauh ke laut lepas. Data tersebut dengan jelas menunjukkan
bahwa merkuri berasal dari kanal pembuangan pabrik dalam lumpur (masyarakat
menyebutnya dobe) sekitar mulut saluran pembuangan di Hyakken, dua
kilogram merkuri per ton, seakan tempat tersebut merupakan tambang merkuri.
Wajar jika kemudian kelompok penelitian yang melakukan studi di tempat tersebut
dibuat terkejut. Kelak, sebuah cabang baru perusahaan Chisso ”Minamata
Chemicals” dibuat khusus untuk mengklaim merkuri yang terdapat di dalam
Teluk Minamata, maka Pantai Minamata memang telah menjadi sebuah tambang
merkuri.Konsentrasi merkuri yang tinggi tidak hanya ditemukan di Teluk
Minamata. Kadar yang tinggi juga ditemukan pada rambut warga yang tinggal di
sepanjang Laut Shiranui, khususnya di distrik Minamata, setelah dibandingkan
dengan penduduk di kota Kumamoto. Level tertinggi dari merkuri yang dideteksi
pada rambut penderita penyakit Minamata adalah 705 ppm, jumlah tertinggi dari
warga Minamata yang sehat adalah 191 ppm, dan mereka yang tinggal di luar areal
Minamata adalah sekitar 4,42 ppm. Kadar merkuri yang besar juga dideteksi pada
air seni penderita Penyakit Minamata, berkisar antar 30-120 gamma per hari.
Konsentrasi merkuri yang tinggi ditemukan pada ikan dan
kerang-kerangan yang berasal dari Teluk Minamata, dan menyebabkan Penyakit
Minamata pada tikus dan kucing percobaan. Mereka memiliki kandungan merkuri
antara 20-40 ppm, yang memperkuat dugaan bahwa merkuri telah menyebar luas pada
area Laut Shiranui. Standar nasional merkuri yang diperbolehkan di lingkungan
saat ini adalah 1,0 ppm.
Tingkat merkuri yang tinggi juga ditemukan pada organ-organ mayat
penderita penyakit Minamata dan dalam organ kucing, baik yang secara alami,
maupun yang mengalaminya karena dalam percobaan diberi makan ikan dan
kerang-kerangan dari Teluk Minamata. Ditemukannya kadar merkuri yang tinggi
pada rambut penduduk di distrik ini menunjukkan mereka-orang dewasa, bayi,
anak-anak dan ibu mereka-semua terkontaminasi merkuri berat, dengan atau tanpa
adanya gejala dengan mereka. Jika masalah ini ditanggapi dengan baik, mungkin kita
dapat meramalkan datangnya perjangkitan Penyakit Minamata yang laten, sebelum
kasus-kasus pasien dengan onset yang lambat dan gejala-gejala laten menjadi
masalah serius seperti sekarang ini. Meski demikian, dalam kenyataannya,
kandungan merkuri pada rambut tidak dianggap sebagai faktor menentukan dalam
menegakkan diagnosa Penyakit Minamata, dan meletakkan garis batas bahwa
kandungan merkuri pada rambut penduduk adalah tinggi, baik pasien ataupun
bukan. Jadi, di sini juga terjadi suatu kesalahan dalam memanfaatkan data yang
ada. Meski harus diakui, Kelompok Penelitian telah mengumpulkan data-data yang
berguna menyangkut Penyakit Minamata dan merkuri.
Pada 22 Juli 1959, Kelompok Penelitian Penyakit Minamata mengambil
kesimpulan di akhir penemuan: ”Penyakit Minamata merupakan suatu penyakit
neurologis yang disebabkan oleh konsumsi ikan dan kerang-kerangan lokal, dan
merkuri telah menarik perhatian besar sebagai racun yang telah mencemari ikan
dan kerang-kerangan.” Teori Merkuri Organik
Tanggal 12 November 1959, anggota Komite Dewan Investigasi Makanan
dan Sanitasi Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan memaparkan laporan berikut
ini kepada menteri berdasarkan laporan oleh Tim Survei Keracunan
Makanan/Penyakit Minamata:”Penyakit Minamata adalah suatu penyakit keracunan
yang utamanya mempengaruhi sistim saraf pusat akibat mengkonsumsi ikan dan
kerang-kerangan dari Teluk Minamata dan sekitarnya dalam jumlah besar, di mana
agen penyebab utamanya adalah semacam campuran merkuri organik.” Jadi, dalam
hal ini merkuri organik secara resmi diumumkan sebagai substansi penyebab
Penyakit Minamata. Walau begitu, tanggal 13 November, di hari berikutnya, Tim
Survei Penyakit Minamata/Keracunan Makanan dari Dewan Investigasi Makanan dan
Sanitasi dibubarkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan.
Sementara itu, Dr. Leonard T. Kurland (NIH USA) mengunjungi
Minamata pada September 1958 dan memeriksa beberapa pasien. Ia mengambil
beberapa contoh makanan dari laut, air laut dan lumpur untuk dibawa ke Amerika
dan dianalisa. Ia menulis sebuah artikel pada sebuah surat kabar Asahi
Shinbun dan Mainiji Shinbun tanggal 8 Desember 1959, yang memperkuat
kesimpulan yang dibuat oleh Universitas Kumamoto bahwa substansi penyebab dari
Penyakit Minamata adalah merkuri organik.
(Affan Enviro, 2005, Kasus Pencemaran Merkuri di Teluk Minamata
Jepang, diakses tanggal 17 Februari 2010)
4.3 Solusi
a. Penutupan polutan dari sumber-sumber
Berkenaan dengan tanaman Chisso Minamata Co, Ltd, melalui
penyelesaian sistem sirkulasi yang sempurna pada tahun 1966, air limbah yang
mengandung senyawa methylmercury tidak pernah diberhentikan di luar pabrik pada
prinsipnya, dan sumber polutan itu dihilangkan melalui penghentian produksi
asetaldehida pada tahun 1968. In the Agano River basin the process of producing
acetaldehyde had already closed before Minamata Disease was discovered. Di
basin Sungai Agano proses produksi asetaldehida sudah ditutup sebelum penyakit
Minamata ditemukan.
b. Pengendalian limbah
Pada tahun 1969, drainase dari limbah pabrik yang mengandung
methylmercury ke Teluk Minamata regutated. Pada tahun 1970, Undang-Undang
Pengendalian Pencemaran Air diberlakukan, yang dipaksakan kontrol pembuangan
limbah air di semua daerah di Jepang, dalam hubungannya dengan zat-zat beracun,
misalnya, merkuri dan cadmium. Selanjutnya, konversi metode produksi soda menyarankan
agar tanaman yang mungkin pembuangan merkuri selain Showa Denko Chisso dan
tanaman.
c. Pemulihan lingkungan
Karena cukup methylmercury tetap konsentrasi di bawah endapan dari
air yang terkait dengan daerah-daerah bahkan setelah pelepasan dari senyawa
methylmercury dihentikan, dalam rangka untuk menghilangkan endapan dasar ini,
1974-1990, Prefektur Kumamoto dilakukan untuk menangani proyek dengan sekitar
1.500.000 kubik meter dari bawah sedimen dari Teluk Minamata yang mengandung
merkuri lebih dari standar penghapusan (25ppm dari total merkuri) dengan cara
pengerukan dan TPA, dan untuk membuat 58ha. TPA, dengan total biaya 48 miliar
yen (dari jumlah total, perusahaan yang bertanggung jawab menanggung 30.5
miliar yen). Pada tahun 1976, Prefektur Niigata dilakukan pengerukan dasar
sungai sedimen yang mengandung merkuri lebih dari standar penghapusan drainase
di sekitar outlet dari Showa Denko tanaman oleh beban perusahaan yang
bertanggung jawab.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pencemaran
lingkungan oleh zat beracun mengakibatkan kerusakan serius seperti kerusakan
kesehatan dan kerusakan lingkungan hidup.
In the case of Minamata Disease, the agreement was concluded between patients groups and the companies, and as to the suits they were concluded by compromise between plaintiffs and the companies, and by withdrawing of plaintiffs between the nation and plaintiffs, so social troubles get fewer.Dalam kasus penyakit Minamata, lebih dari 3.000 korban telah terjangkit wabah penyakit Minamata ini. Sorotan langsung ditujukan ke pabrik kimia Chisso, yang berada di kawasan Teluk Minamata. Chisso Company, adalah pabrik kimia yang menunjang ekonomi Jepang ketika itu. Di pabrik tersebut, diproduksi asetal dehida, dengan cara reaksi gas asetilen dengan merkuri-sulfat. Asetal-dehida diolah lagi untuk menghasilan asam asetat dan PVC. Semua sampah bahan kimia itu, tanpa diolah terlebih dahulu, langsung dibuang ke laut di Teluk Minamata. Dampaknya, teluk Minamata tercemar dan sistem aquatik di sana menimbun sampah kimia dalam rantai makanannya.
In the case of Minamata Disease, the agreement was concluded between patients groups and the companies, and as to the suits they were concluded by compromise between plaintiffs and the companies, and by withdrawing of plaintiffs between the nation and plaintiffs, so social troubles get fewer.Dalam kasus penyakit Minamata, lebih dari 3.000 korban telah terjangkit wabah penyakit Minamata ini. Sorotan langsung ditujukan ke pabrik kimia Chisso, yang berada di kawasan Teluk Minamata. Chisso Company, adalah pabrik kimia yang menunjang ekonomi Jepang ketika itu. Di pabrik tersebut, diproduksi asetal dehida, dengan cara reaksi gas asetilen dengan merkuri-sulfat. Asetal-dehida diolah lagi untuk menghasilan asam asetat dan PVC. Semua sampah bahan kimia itu, tanpa diolah terlebih dahulu, langsung dibuang ke laut di Teluk Minamata. Dampaknya, teluk Minamata tercemar dan sistem aquatik di sana menimbun sampah kimia dalam rantai makanannya.
Kasus pencemaran lingkungan ini mengakibatkan banyak kematian.
Pada tahun tanggal 1 Mei 1956, kota Minamata mengumumkan secara resmi bahwa
1.655 orang meninggal dan sebanyak 613 lainnya menderita sakit karena tercemar
logam berat. Di awal tahun 50an Teluk Minamata tercemar oleh limbah logam berat
Mercury yang berasal dari pabrik di kota Minamata. Limbah mercury mencemari
teluk Minamata, sehingga ikan dan kerang-kerangan tercemar logam berat.
Penduduk kota Minamata yang mengkonsumsi ikan dan kerang-kerangan dari teluk
Minamata menderita sakit sehingga korban berjatuhan.
Penderita penyakit Minamata ini secara umum mengalami kerusakan
otak dan saraf. Gejala penyakitnya muncul bertahap, berupa gangguan gerak motorik,
nyeri hebat pada persendian, kaburnya penglihatan, ganguan sensorik, gangguan
bicara, mundurnya kemampuan intelektual serta ketidakstabilan emosi.
5.2 Saran
Dengan
pengalaman kerusakan akibat bencana dari kasus penyakit Minamata ini menjadi
awal sebagai titik balik untuk mengemban langkah-langkah dalam melindungi
lingkungan telah mengalami kemajuan yang signifikan.
Sisi baiknya, masyarakat
Minamata dan kalangan industri di Jepang dapat memetik hikmah dari pencemaran
lingkungan tersebut. Secara bersama-sama masyarakat Minamata, kalangan
industri, pemerintah kota dan pemerintah Jepang melakukan perbaikan lingkungan
dengan upaya terpadu. Secara konsisten, seluruh industri diharuskan mengolah
limbah. Peraturan disusun dan dilaksanakan secara konsisten. Pada saat
bersamaan pemulihan lingkungan teluk Minamata dilakukan, sehingga kualitas air
di teluk Minamata kembali seperti sebelum pencemaran. Limbah rumah tangga dari
seluruh bangunan diolah secara sungguh-sungguh, sehingga tidak ada lagi limbah
industri dan limbah rumah tangga yang mencemari perairan kota Minamata. Sejarah
kemudian mencatat, bahwa Minamata yang semula tercemar berat, kini menjadi kota
kualitas lingungannya baik, kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali.
Kini masyarakat kota Minamata
sangat terkenal dengan kepedulian terhadap pengelolaan lingkungan. Para
stakeholder kota Minamata, tidak mau mengulang sejarah buruk yang pernah
terjadi. Kota yang kini berpenduduk sekitar 28.400 orang itu, secara terus
menerus meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan. Salah satu keberhasilan kota
Minamata adalah dalam pengelolaan sampah yang melibatkan ibu rumahtangga. Yang
luar biasa adalah bahwa saat ini masyarakat Minamata telah berhasil melakukan
pemilahan sampah menjadi 22 jenis dengan kualitas yang baik. Masing-masing
jenis sampah dikelola sesuai dengan pengolahan lanjutan mulai dari pengomposan,
daur ulang dan pengolahan lainnya. Pemilahan menjadi sejumlah itu, termasuk
prestasi yang luar biasa.
Selain itu, kota Minamata saat
ini mengkampanyekan pengurangan pemakaian kantong plastik dengan melibatkan
ibu-ibu rumahtangga. Para ibu rumah tangga mendatangi supermarket untuk
melakukan kampanye pengurangan kantong plastik. Para ibu rumah tangga membentuk
kelompok-kelompok dan mereka melakukan diskusi dan seminar untuk mengurangi
kantong plastik. Bersamaan dengan itu mereka juga melakukan pengurangan
(reduksi) sampah. Masyarakat dilatih bagaimana menghindari terjadinya sampah.
Untuk meningkatkan upaya
penglolaan lingkungan di kota Minamata berbagai upaya dilakukan. Masyarakat dan
pemerintah memberikan penghargaan kepada sejumlah orang yang secara nyata
melakukan upaya pengelolaan lingkungan. Sebanyak 28 orang (dari 28.400 total
penduduk kota) diberi penghargaan sebagai “Environmental
Master“, mereka adalah pribadi-pribadi yang secara sungguh-sungguh
mendedikasikan dirinya untuk melakukan tindakan nyata meningkatkan kualitas
lingkungan dan mengajak masyarakat ikut bersama mereka menjadi kader
lingkungan.
Kesungguhan para stakeholder
di Minamata, dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja untuk ikut bersama
masyarakat dunia menyelamatkan lingkungan. Belajar dari kasus Minamata ini
diharapkan dapat membangkitkan kesadaran yang tinggi untuk menyadari lagi
bagaimana pertimbangan kepada lingkungan adalah penting dan bahwa upaya-upaya
akan dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan tanpa pengalaman bencana
polusi. Dari pengalaman yang terjadi di Jepang dapat dijadikan sebagai
pelajaran bagi negara-negara lain untuk lebih waspada dan peduli akan
lingkungan.
Casino Tycoon NJ Promo Code: MAXFREE - JammyHub
ReplyDeleteMAXFREE Promo Codes & Bonus Offers · Get the 아산 출장안마 biggest casino 의왕 출장마사지 bonus up to $1000! · 강릉 출장샵 Claim your 삼척 출장샵 MAXFREE bonus by 나주 출장안마 playing at