PRAKTIKUM KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Judul
:
Praktikum
yang dilakukan adalah analisis kromatografi lapis tipis
Tujuan
:
Tujuan
dilakukannya analisis kromatografi ini adalah
- Pemakaian
kromatografi lapis tipis untuk pemisahan komponen-komponen dalam senyawa
atau campuran.
- Mencari
harga Retardation Factor (Rf) dari beberapa komponen pada sistem fase diam
dan fase gerak.
Prinsip
:
Kromatografi lapis tipis merupakan penerapan dari kromatografi
adsorpsi. Sampel ditotolkan pada pelat TLC, kemudian dikembangkan dalam sebuah
bejana pengembang. Eluen bergerak ke atas karena aktivitas kapiler. TLC dapat
memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat dalam suatu
campuran dan juga untuk tujuan identifikasi.
Pemilihan adsorben, pelarut, eluen dan pemahaman teori yang
mendasari TLC harus dipahami untuk mendapatkan hasil pemisahan yang baik.
Teori
Dasar :
KLT merupakan penerapan dari
kromatografi adsorpsi. Fase diamnya adalah pelarut/pengembang yang teradsorpsi
pada permukaan adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari
pelarut/pengembang yang berfungsi menggerakan komponen. Adsorben dilapiskan
sebagai lapisan tipis pada pelat datar berupa gelas, plastik, atau logam.
Sejumlah kecil campuran yang akan dianalisis ditotolkan pada bagian bawah pelat
KLT. Pelat KLT kemudian ditempatkan pada bejana pengembang (chamber) yang
telah jenuh dengan eluen pengembang. Eluen bergerak ke atas karena
aktifitas kapiler.
KLT merupakan metode pemisahan yang
sederhana, cepat, dan murah. KLT dapat memberikan informasi mengenai berapa
banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran dan juga dapat digunakan
untuk tujuan identifikasi dengan cara membandingkan nilai Rf komponen yang terpisah
dengan Rf komponen yang diketahui (Rf standar) dalam sistem KLT yang sama.
Adsorben yang umum digunakan untuk KLT ialah silica gel,
alumina (alumunium oxsyde), kieselguhr (diatomeous earth) dan selulosa. Dari ke
empat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silika gel.
* Tekhnik Pengoperasian dalam Kromatografi Lapis Tipis*
Penyiapan chamber
Bejana pengembang tersedia dalam
berbagai bentuk, bahan dan ukuran. Bisa di beli langsung dari pasaran atau
menggunakan alat-alat gelas yang ada di Laboratorium, misalnya dapat
menggunakan keler, botol, dengan tutupnya atu gelas kimia dengan cawan petri
sebagai tutupnya.
Penyiapan Lempeng KLT
Pelat KLT dapat dibuat sendiri atau
dibeli langsung dari pasaran. Pelat KLT komersial pada umumnya lebih seragam
sehingga dapat memberikan daya ulang yang baik, tetapi dapat juga dibuat
sendiri pelat KLT dengan kualitas yang baik.
Dalam membuat pelat KLT, larutan
dsorben harus disiapkan terlebih dahulu. Pembuatan larutan adsorben sedikit
berbeda untuk keperluan KLT mikro dan KLT makro. Pada pembuatan pelat untuk KLT
mikro, misalnya dengan adsorben silika gel G, adsorben tersebut sebanyak 35
gram dilarutkan dalam 100 ml zat pelarut kloroform:metanol (2:1 v/v). Pelat
kaca atau bahan lain yang sudah bersih dan kering dicelupkan dalam larutan
tersebut. Zat pelarut diuapkan pada suhu kamar selama 5 menit.
Pada pembuatan KLT makro. Suspensi
adsorben dibuat dengan mencampur, adsorben tertentu dengan air. Konsentrasi
suspensi tersebut tergantung dari jenis adsorben yang digunakan. Sebagai contoh
rasio antara adsorben silika gel dengan air adalah 30:60-65.
Pelat untuk KLT makro biasanya berukuran 5x20 cm, 10x20
cm, dan 20x20 cm. Keuntungan dipakainya pelat yang lebih besar ialah karena
adsorbennya dapat melekat lebih baik, dapat dibuat lebih tebal untuk
kepentingan tertentu dan kromatografi dapat dilakukan pada tempat yang lebih
luas. Kerugiannya adalah karena pembuatannya lebih sukar. Suspensi adsorben
dibuat dengan air, oleh karena itu sebelum pelat digunakan harus mengalami
aktivasi dengan pem,anasan paling tidak satu jam pada suhu sekitar 110o C.
Penotolan Sampel
Sampel yang akan dipisahkan dilarutkan
dalam pelarut agak non polar yang mudah menguap. Misalnya kloroform atau
pelarut lain yang serupa, yang mempunyai titikdidih antara 50-110OC. Pelarut
yang demikian mudah ditangani dan mudah menguap dari lapisan. Air hanya dipakai
jika tidak ada pilihan lain. Larutan sampel ditotolkan pada pelat menggunakan
pipet mikro, syringe, atau pipet kapiler.
Tetesaan sampel harus diusahakan
sekecil mungkin dengan meneteskan berulang kali, dengan dibiarkan mengering
sebelum tetesan berikutnya dikerjakan. Pengeringan smpel pada pelat sebaiknya
dikerjakan dengan aliran gas nitrogen untu mencegah terjadinya kerusakan sampel
karena teroksidasi.
Running
Pengenbangan dilaksanakan dengan mencelupkan dassr pelat
KLT yang telah ditotoli sample dalam system pelarut untuk proses pengembangan.
Proses pengembangan akn lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah
jenuh dengan uap system pelarut. Hal ini dapat segera tercapai dengan
meletakkan kertas filter pada dinding ruangan dengan dasar kertas tersebut
tercelup dalam system pelarutnya.
Visualisasi dan Identifikasi
Visualisasi dimaksudkan untuk melihat
komponen penyusun yang sudah terpisah setelah proses pengembangan. Jika
komponen yang terpisah berwarna maka jika langsung ditandai dengan pensil,
tetapi jika tidak berwarna diperlukan perlakuan fisika atau kimia untuk
memperlihatkan keberadaan komponen tersebut pada kromatogram.
Teknik visualisasi ada yang bersifat merusak komponen
(destruktif) ada juga yang bersifat tidak merusak (Non destruktif).
Visualisasi Destruktif
Cara destruktif akan merusak komponen secara
irreversibel, baik merusak sebagian atau semua komponen.
Visualisasi Non-destruktif
Visualisasi non destruktif membiarkan
komponen tetap utuh dan biasanya digunakan untuk untuk KLT preparatif dan
beberapa jenis KLT kuantitatif atau kualitatif.
Identifikasi
Identifikasi dapat dikerjakan dengan
membandingkan posisi spot dengan senyawa standar yang teliti (ditotolkan) pada
pelat percobaan yang sama. Spot yang memiliki warna yang sama dan memiliki
Rf yang sama dengan standar dapat dinyatakan bahwa spot tersebut sama
dengan spot standar.
Alat
yang digunakan :
1.
Chamber
2.
Corong Pisah
3.
Kertas Tembus Pandang (Transparan)
4.
Penggaris
Bahan/Pereksi :
1.
Petroleum Eter
2.
Etanol
3.
Aseton
4.
N-Heksan
5.
Daun Suji
Cara
Kerja :
1.
Mengekstrak daun suji
Tumbuk beberapa lembar daun suji, hasil tumbukan dimasukkan
ke dalam beaker glass lalu ditambahkan petroleum eter 20 ml dan aseton sebanyak
10 ml, setelah dicampur dan diaduk kemudian masukkan ke dalam corong pisah.
Lalu di ekstrak dengan kedua tangan dengan cara digoyangkan. Pengekstrakkan ini
dilakukan sampai di bentuk 3 lapisan.
2.
Memisahkan Zat Hijau Daun
Setelah didapatkan tiga lapisan dalam corong pisah, kemudian
diambil zat hijau daunnya saja, kemudian dipekatkan dalam kompor listrik.
Setelah
sedikit kental, kemudian totolkan zat hijau daun ke dalam kertas transparan,
dan masukan ke dalam chamber. Kemudian diamati pemishan warnanya.
Data
Pengamatan :
No
|
Warna
|
Jarak
|
Jarak Eluen
|
Rf
|
1
|
Kuning Kehijauan
|
2,4 cm
|
5,6 cm
|
0,42
|
2
|
Hijau
|
3,2 cm
|
5,6 cm
|
0,56
|
3
|
Klorofil 1
|
3,7 cm
|
5,6 cm
|
0,56
|
4
|
Klorofil 2
|
4,4 cm
|
5,6 cm
|
0,78
|
5
|
Kuning Kehijauan
|
2,4 cm
|
5,6 cm
|
0,42
|
6
|
Hijau
|
3,1 cm
|
5,6 cm
|
0,17
|
7
|
Klorofil 1
|
3,6 cm
|
5,6 cm
|
0,64
|
8
|
Klorofil 2
|
4,4 cm
|
5,6 cm
|
0,78
|
9
|
Kuning Kehijauan
|
2,5 cm
|
5,6 cm
|
0,45
|
10
|
Hijau
|
3,4 cm
|
5,6 cm
|
0,60
|
11
|
Klorofil 1
|
3,7 cm
|
5,6 cm
|
0,56
|
12
|
Klorofil 2
|
4,4 cm
|
5,6 cm
|
0,78
|
Perhitungan
:
Diketahui
:
Jarak Eluen : 5,6 cm
Kuning kehijauan : 2,4 cm
Hijau : 2,4 cm
Klorofil 1 : 3,7 cm
Klorofil 2 : 4,4 cm
Ditanyakan
: Rf
Jawab
:
Rf Kuning kehijauan = 2,4 : 5.6 = 0,42
Rf Hijau = 3,2 : 5,6 = 0,56
Rf klorofil 1 = 3,7 : 5,6 = 0,66
Rf klorofil 2 = 4,4 :5,6 = 0,78
Pembahasan
:
KLT merupakan penerapan dari
kromatografi adsorpsi. Fase diamnya adalah pelarut/pengembang yang teradsorpsi pada
permukaan adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari
pelarut/pengembang yang berfungsi menggerakan komponen.
Praktikum ini melakukan pemisahan-pemisahan komponen
hijau daun dari daun suji. Pemisahan komponen hijau daun dilakukan dengan
mencelupkan lempeng ke dalam chamber. N-heksan dan tinner (7:3). Tujuan
ditutupnya saat pencelupan adalah untuk membantu proses pemisahan dengan
bantuan uap jenuh. Pelarut ataupun komponen akan teradsopsi dan bergerak dan
bergerak ke atas.
KLT digunakan untuk tujuan identifikasi
dengan cara membandingkan nilai Rf komponen. Rf menyatakan perbandingan antara
jarak yang ditempuh oleh suatu komponen dalam suatu sample dan jarak yang
ditempuh pelarut.
Nilai Rf dalam suatu komponen adalah
konstan selama kondisi kromatografi berikut dijaga konstan :
v
Sistem pelarut
v
Adsorben
v
Ketebalan
Adsorben
v
Jumlah sample
yang ditotolkan
v
Suhu
Jika kondisi kromatografi sulit untuk
dijaga konstan, maka kita bisa menggunakan nilai Rf relatif (Rs), artinya nilai
Rf komponen dilaporkan sebagai nilai relatif terhadap standar pada pelat dan
waktu analisis yang sama. Nilai Rf yang besar artinya jarak yang ditempuh,oleh
komponen dalam pelat KLT jauh.
Kesimpulan :
Jadi Nilai Rf
untuk warna kuning kehijauan
adalah 0,42,
untuk warna Hijau adalah 0,57,
untuk warna klorofil 1 adalah 0,66,
dan untuk warna
klorofil 2 adalah 0,78.
Comments
Post a Comment
Salam Sukses Ananda Collection
Pembaca termasuk membantu mengembangkan Blog ini Dengan cara berkomentar yang sesuai Artikel